SAY NO TO DRUG!
Survey yang dilakukan oleh UNODC (United Nation Office on Drugs and Crime)
menemukan pada tahun 2008, sekitar 155 sampai 250 juta orang berusia Antara 15
– 64 tahun, telah menggunakan zat illegal setidaknya 1 kali. Hal ini
menggambarkan penyalahgunaan narkoba secara global atau mendunia.
Bisa Anda bayangkan berapa jumlah jutaan orang yang telah memakai zat
adiktif di saat ini. Jumlahnya pasti bertambah. Sedangkan zat yang dimaksud di
dalam survey tersebut, terdiri dari; opioda, kanabis, kokain, stimulan tipe
amfetamin, halusinogen, ekstas
i, dan lainnya.
BNN telah menyampaikan, bahwa diperkirakan di tahun 2014, jumlah pengguna
narkoba akan menyampai angka 5,1 juta orang. Seperti diketahui penggunaan
narkoba telah banyak menyebabkan over dosis, kehilangan keluarga, kehilangan
pekerjaan, kehilangan produktivitas, , bunuh diri, tindakan kekerasan, menjadi
pelupa, terjangkit virus HIV/AIDS dan tidak sedikit yang berakhir kematian.
Sebelum nasi menjadi bubur, sebaiknya Anda mengetahui jenis-jenis narkoba, efek
narkoba, dan ciri-ciri penggunanya.
Ditekankan kembali definisi dari ADIKSI : “Adiksi merupakan
PENYAKIT yang menyerang fungsi OTAK, bersifat KRONIS dan memiliki resiko kambuh
yang tinggi, khas ditandai dengan pencarian dan penggunaan KOMPULSIF, meskipun
mengetahui memiliki konsekuensi yang membahayakan.” ADIKSI bukan sebuah
karakter, gangguan personality atau kegagalan MORALITAS, tapi merupakan masalah
KESEHATAN.
Ada 4 golongan zat psikoaktif yang digunakan para pengguna narkoba:
1. Stimulan, zat ini meningkatkan debar jantung, pernafasan dan
meningkatkan sensasai eforia. Contoh zat: kokain, amfetamin, metamfetamin, dan
nikotin, kafein.
2. Opioid, disebut zat analgesic yang menurunkan rasa nyeri dan
cenderung menginduksi tidur. Contoh zat: heroin, morfin, opium, dan Demerol.
3. Depresan, zat ini cenderung menurunkan debar jantung, kecepatan
pernafasan, relaksasi, kadang mengantuk, merasa nyaman sejahtera atau eforia.
Contoh zat: alkohol, barbiturate, benzodiazepine, rohypnol.
4. Halusinogen, zat yang menghasilkan distorsi sensori yang hidup dan
nyata, mengubah suasana hati dan berpikir.
Sekarang, mari sedikit ‘membedah’ keempat golongan zat tersebut.
1. Stimulan. Stimulan biasanya menaikkan efek samping dengan
menaikkan efektivitas.
Pertama, Kokain, bentuknya berupa bubuk berwarna putih. Amfetamin berbentuk
kapsul atau tablet, contohnya ekstasi. Metafetamin biasanya berupa tepung atau
gumpalan Kristal berwarna putih kekuningan, tidak berbau dan rasanya pahit,
contoh zat; Sabu-sabu.
Kokain digunakan dengan cara disedot melalui hidung, dihisap, disuntikan.
Efek kokain yang digunakan dengan cara disedot atau dihirup dapat berlangsung
15 – 30 menit, tapi jika dihisap dengan rokok hanya berlangsung 5 – 10 menit.
Untuk mempertahakan rasa mabuk, seseorang harus menambah dosisnya, inilah yang
menyebabkan penyalahgunaan berlebihan, menggunakan berulang kali dalam tempo
relatif singkat dan dengan dosis yang semakin meningkat.
Amfetamin dapat digunakan melalui cara oral, disedot melalui hidung setelah
tabletnya dihancurkan/dihaluskan, dihisap/dirokok dan disuntikkan setelah
tabletnya dilarutkan dalam air.
Metafetamin juga bisa digunakan melalui oral, dihisap lewat hidung dan
disuntik.
Pengguna zat ini menginginkan efek euphoria, meningkatnya energy dan daya
tahan tubuh, berbicara lancar, meningkatkan kesiagaan mental, merasa bahagia
dan bertenaga, lepasnya hambatan social, adanya perasaan pintar, kemampuan dan
kuasa yang tak realistis, meningkatnya sensasi penglihatan, pendengaran dan
sentuhan, meningkatnya gairah seksual. Banyak dari pengguna pun suka ramah
terhadap orang lain.
Efek yang didapat dari memakai ekstasi, ialah perasaan kehangatan emosional
yang meningkat, meningkatnya empati terhadap diri dan orang lain, penyimpangan
persepsi waktu, meningkatya sensasi, dan penyimpangan halusinasi visual.
Penggunaan zat golongan stimulant ini dapat membuat pupil mata membesar,
meningkatnya suhu badan, denyut jantung dan tekanan darah, sakit kepala,
kesulitan tidur, mudah cemas, gelisah, mudah tersinggung, sakit perut dan mual,
selera makan berkurang dan kehilangan berat badan, meningkatnya agresi dan
kekerasan, menurunnya respon seksual (terjadi pada dosis tinggi) dan halusinasi
atau paranoid.
Pengguna zat ini memang bisa dikenali dari berat tubuh yang menurun, tapi
ada beberapa kasus, pengguna stimulan tidak mengalami efek penurunan badan.
Pengguna zat stimulant bisa tidak tidur selama 24 jam, bahkan lebih, tapi
setelah itu wajah dan tubuh mereka akan terlihat kelelahan dan tidak berdaya.
Jelas, mereka lebih sering minum air putih atau minum penyegar/energy daripada
makan, karena mereka sulit untuk mengunyah makanan yang masuk di mulut mereka.
Pemakain berlebihan akan menyebabkan kesulitan fokus, meskipun mereka sangat
aktif. Banyak pengguna zat ini berasal dari status social menengah ke atas,
sebut saja sabu-sabu, harga 1 gram saja bisa mencapai Rp.1.600.000,-. Tidak
heran para pengguna banyak berstatus pekerja dari berbagai profesi dan pengguna
dari keluarga kaya. Dan sekarang di Indonesia, pemakaian narkoba tertinggi
adalah jenis Sabu-sabu.
Pengunaan zat stimulant sangat bisa menimbulkan kecanduan (adiksi), setelah
mengalami kelelahan, mereka akan mencari lagi zat tersebut dengan alasan untuk
memunculkan daya tahan tubuh kembali. Pengguna zat juga tidak suka
bersosialisai kecuali dengan ‘komunitas’nya, mereka lebih memilih menyendiri,
sibuk beraktivitas sendiri maupun sibuk berpikir, namun semakin lama
menggunakan zat, daya pikir bisa melambat dan aktivitas pun mulai tak terarah.
Cara bicara mereka pun ke mana-mana, sering tidak nyambung, dan sering juga
pengguna mengalami cadel atau terbata-bata berbicara.
Bagi pengguna kokain, ciri-ciri juga bisa dikenali melalui hidung yang
memerah, dan hidung yang suka mimisan (karena menyedot terlalu keras). Pengguna
Sabu-sabu juga bisa dikenali dengan melihat kamarnya yang tidak rapi, terdapat
bong (seperti botol plastik atau kaca), korek api yang sudah tidak sempurna
bentuknya (bagian atas dicopot) dan juga suka mengumpulkan sedotan. Tidur
berkepanjangan (setelah efek habis).
2. Depresan. Jenis depresan yang biasa digunakan; Alprazolam (Xanax,
Camlet), Librium,
Diazepam (valium), Oxazepam, Flunitrazepam (Rohypnol), dan lainnya.
Pengguna Depresan memakainya karena menginginkan efek; relaksasi, menurun
anxietas (kecemasan), menurunnya hambatan, rasa sejahtera dan euphoria sedang.
Efek samping dari penggunan zat ini; konsentrasi buruk, kelemahan otot,
koordinasi kurang, bicara cadel, pening, reflex lambat, suka mual dan muntah,
gangguan penilaian, kebingungan mental, hiang ingatan dan emosi tumpul.
Melihat efek samping dari Depresan, pengguna dapat dikenali dengan
cara bicara yang cadel, gagap, terbata-bata, atau malas diajak bicara. Lebih
suka tidur. Mata sering merem, meski tidak dalam keadaan tidur atau di tempat
tidur. Berjalan sempoyongan. Malas melakukan aktivitas, namun ada juga
penggunaan dari jenis tersebut (Benzodiazepine), justru membuat pengguna tetap
beraktivitas, bahkan ada yang menjadi lebih pintar setelah menggunakannya
(misalnya zat Lexotan).
Selain itu, Benzodiazepine sering disalahgunakan pemakai yang sebelumnya
menggunakan zat Stimulan. Hal ini supaya mereka dapat tidur atau agar bisa ‘slow
down’.
3. Opioid. Di Indonesia yang sering digunakan adalah jenis
Heroin dan opioid yang paling
sering disalahgunakan – awalnya digunakan sebagai obat nyeri yang potensi
adiktifnya kurang dari morfin – ternyata menghasilkan efek 5 sampai 8 kali
lebih kuat dari Morfin dan bekerja lebih cepat, bahkan lebih adiktif. Zat ini
digunakan dengan cara dihisap (di-drag) dan disuntik.
Digunakan pemakai agar mendapatkan euphoria yang diikuti oleh rasa
sejahtera. Menghilangkan rasa nyeri, menumpulkan emosi, mengantuk atau
menenangkan, keadaan terjaga dan keadaan mengantuk yang saling bergantian,
terakhir; mengimpikan sesuatu.
Efek samping penggunaan ini, yaitu; mual dan muntah, kebingungan,
pernafasan lambat,, sembelit, penglihatan ganda atau kabur, pupil mengecil,
pusing, pingsan, rasa mengambang, otot kaku, ruam, gatal dan bintik merah pada
kulit, wajah memerah, mulut kering, lemah, agitasi, nafsu makan berkurang dan
hilang daya ingat atau melemah.
Anda jangan terkecoh, menganggap ciri pemakai Heroin adalah bertubuh kurus.
Karena banyak juga pemakai zat ini tidak mengalami efek penurunan badan. Ciri
lainnya, yaitu; suka berbohong, pandai membujuk, tidak berpakaian rapi, namun
ada juga yang berpakaian rapi. Banyak juga pengguna yang tidak suka mandi, dan
ada juga yang masih menjaga penampilannya. Suka menjual barang pribadi,
keluarga, bahkan barang yang bukan miliknya atau mencuri. Pemalas. Hidung suka
meler (keluar cairan atau ingusan). Suka menggaruk hidung dan bagian tubuh
lain. Penyendiri. Tidak suka bersosialisasi. Minder. Muka kuyu dan cekung. Bagi
pengguna cara disuntik, sering membawa aqua gelas atau air putih bersamaan
dengan jarum, tissue, dan ikat pinggang. Biasanya di tangan pengguna Heroin
suntik terdapat bekas suntik, luka, garis “track” (garis bekas suntik), kulit
merah atau biru (bekas suntikan). Suka tidur atau merem. Mempunyai “akal
seribu” untuk mendapatkan zat ini. Semaunya. Tidak ada empati.
Paling mudah mengenali pengguna Heroin saat putus zat (Sakaw), seperti suka
gelisah, tidak mau makan, muntah, kram, nyeri otot atau pegal-pegal,
berkeringat, hidung berair, suka menguap, batuk, diare, demam dan juga
menggigil, gerakan menendang (kaki) saat tidur, lemas. Emosi atau cepat marah.
Tidak mau diajak bicara.
4. Halusinogen, yang termasuk dalam zat golongan ini; Peyote –
tumbuhan psikedelik tertua
yang dikenal. Kemudian, Jamur dan LSD atau Speed (biasanya berbentuk
kertas, seperti perangko). Pengguna golongan zat ini menginginkan efek;
meningkatnya penghayatan sensoris – warna-warna lebih terang, bayangan visual
lebih tajam, pendengaran lebih jelas, pengecapan luar biasa. Selain itu, bisa
memberikan efek ; gambaran mental lebih hidup ; persepsi ruang dan waktu
berubah ; sukacita, kegembiraan; hilangnya rasa realitas, halusinasi,
intrsopeksi; asyik dengan pemikiran, pengalaman-pengalaman atau objek-objek
yang remeh; intensitas perasaan.
Efek samping dari pemakaian Halusinogen; rasa mual; sering muntah;
berkeringat; rasa dingin dan menggigil; “Bad trip” – halusinasi menakutkan,
kebingungan, paranoia, disorentasi, depresi, panic ; pupil melebar; sulit
fokus, konsentrasi dan berpikir; denyut jantung meningkat; hilang selera; sulit
tidur; mulut kering; tremor/gemetaran.
Pemakaian zat ini bisa mengakitbatkan keadaan psikosis mirip Skizofrenia
paranoid terhadap individu/pengguna yang rentan.
Bisa dikenali saat pengguna memakai zat ini, ciri-cirinya adalah suka
senyum-senyum sendiri, mudah tertawa, punya dunia sendiri, tampak bahagia,
tetapi ada juga yang mengalami sebaliknya (Bad Trip), seperti bersedih, merasa
banyak bersalah dan tidak berarti, terus memikirkan dirinya sendiri, emosional,
memunculkan ketakutan atau paranoia yang tanpa disadari. Kerap, zat ini
digunakan saat momen-momen tertentu (misal: pesta ulang tahun atau liburan di
Bali atau sekedar menyenangkan diri).
Apa pun jenis narkoba yang digunakan, Anda bisa mengenali ciri-ciri secara
umum pengguna narkoba. Rata-rata pengguna memiliki antisosial yang tinggi.
Perubahan perilaku yang drastis. Cara berpikir yang menyimpang. Semaunya.
Selalu menganggap dirinya benar dan mencari pembenaran-pembenaran. Pemakai
narkoba biasanya tidak suka menggunakan media social secara rutin. Tidak suka diperintah.
Senang berkumpul sesama pemakai. Mudah cemas dan gelisah. Emosional. Pandai
berbohong. Sensitive. Suka bermasalah, misal relationship, teman, di pekerjaan,
di sekolah. Kulit kering. Perubahan pupil. Wajah yang tidak segar.
Pelupa. Dan selain antisosial, tidak sedikit pengguna narkoba yang Narsis dan
memasang “dinding tebal dan tinggi”.
Memang tidak mudah menghadapi pengguna narkoba. Mereka tidak bisa sembuh
sendiri. Mereka harus diobati secara medis dan direhabilitasi. Setelah
mengenali jenis narkoba, efek penggunaan, efek samping dan ciri penggunanya,
diharapkan masyarakat dapat mengetahui tindakan yang akan dilakukan. Agar semua
dapat diatasi secara cepat dan tidak berlarut-larut atau terjadinya kecanduan
menahun. Selalu memberi mereka kasih sayang dan dukungan yang besar.
Melangkahlah ke pusat pelayanan masyarakat, dokter psikiater, dan bisa juga
langsung ke tempat rehabilitasi, bukan melangkah ke kantor polisi, dukun, ustad
atau pun pesantren. Di tempat rehabilatasi, pengguna akan diperiksa kesehatannya,
lalu, diobati secara medis terlebih dahulu oleh psikiater, selanjutnya akan
dibantu oleh tenaga professional; Konselor adiksi, tenaga spiritual dan staf
adiksi yang telah berpengalaman. Proses masuk rehabilitas ini akan saya
tulis di tulisan berikutnya.
sumber http://edukasi.kompasiana.com/2014/03/09/mengenali-ciri-ciri-pengguna-narkoba-638068.html
0 komentar :
Posting Komentar