Berdirinya kerajaan
Majapahit pada abad ke-13 erat kaitannya dengan sejarah keruntuhan Singasari.
Sebagian ahli sejarah berpendapat bahwa Majapahit masih merupakan kelanjutan
dari Singasari, terutama menyangkut wangsa yang berkuasa di kerajaan Majapahit.
Raja pertama Majapahit adalah Raden Wijaya dengan gelar Sri Kertajasa
Jayawardana.
Raden Wijaya adalah
menantu dari Kertanegara, raja Singasari. Akibat pemberontakan Jayakatwang dari
Kediri, Raden Wijaya menjadi pelarian yang pada akhirnya mendapat kepercayaan
Jayakatwang. Masa itulah Raden Wijaya membangun desa Tarik. Kemudian dengan
kedatangan pasukan Kubilai Khan yang menyerbu Singasari, mempercepat berdirinya
Majapahit, yakni sekitar tahun 1292/1293.
Raden Wijaya
memerintah Majapahit selama kurang lebih 16 tahun (1293-1309). Kemudian
berurut-turut kerajaan Majapahit diperintah oleh Prabu Jayanegara (1309-1328),
Tribuwanattunggadewi (1328-1350) dan Hayam Wuruk (1350-1389).
Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk inilah kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaan dan kebesarannya. Wilayah kekuasaan Majapahit hampir meliputi seluruh nusantara, karena itu Majapahit sering digelar sebagai negara nasional kedua, setelah kerajaan Sriwijaya.
Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk inilah kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaan dan kebesarannya. Wilayah kekuasaan Majapahit hampir meliputi seluruh nusantara, karena itu Majapahit sering digelar sebagai negara nasional kedua, setelah kerajaan Sriwijaya.
Kebesaran Majapahit
di bawah pemerintahan Hayam Wuruk, tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan
Gajah Mada sebagai Mahapati Majapahit. Karena di tangannya pula Majapahit
mencapai kebesarannya, sehingga timbul pameo bahwa Majapahit adalah Gajah Mada
dan Gajah Mada adalah Majapahit. Oleh Muhammad Yamin dilukiskan tentang Gajah
Mada:
“Dalam tangan
beliau maka tatanegara Majapahit meriah dan berkembang dengan baiknya, sepert
dikagumi oleh Rakawi Prapanca yang melihat dan mengalaminya dari dekat. Zaman
gemilang itu banyak yang berhubungan dengan kegiatan Gajah Mada di lapagan
politik, tetapi tatanegara Majapahit bagian pusat dan pucuk selama patih
Mangkubumi itu berkuasa memang tidak biasa di dalam tangannya terlalu banyak
jawatan berkumpul hingga batas-batas antara kekuasaan yang bergabung dalam satu
tangan menjadi kabur, jikalau tidak hilang sama sekali.”2)
Hayam Wuruk dengan
patih Gajah Mada menjadikan kerajaan Majapahit sebagai pemegang hegemoni
kekuasaan di nusantara. Karena arah politik Gajah Mada mengacu pada dua hal,
yakni politik stabilisasi dalam negeri dan usaha persatuan nusantara. Politik
persatuan nusantara dari Gajah Mada ini merupakan realisasi dari sumpah
palapanya. Dalam Pararaton diceriterakan:
“Gajah Mada Patih
Amangkubumi tak mau makan palapa. Baru setelah nusantara (pulau-pulau lain)
ditaklukkan, yakni Gurun, Dompo, Seram, Tanjungpura (Kalimantan), Haru, Pahang,
Bali, Sunda, Palembang dan Tumasik (Singapura) ia akan makan Palapa.”3)
Kerajaan Majapahit
dalam masa kepemimpinan Hayam Wuruk dan Gajah Mada, mengalami kejayaan dalam
berbagai bidang kehidupan. Pada bidang politik, wilayah kekuasaannya diperluas
dengan penaklukan terhadap kerajaan-kerajaan kecil. Hal ini menjadikan wilayah kekuasaan
Majapahit meliputi seluruh nusantara. Dalam bidang ekonomi, penguasaan terhadap
kota-kota pelabuhan, menyebabkan pelayaran dan perdagangan berkembang. Hal ini
memungkinkan pula meningkatnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta
kehidupan beragama.
0 komentar :
Posting Komentar